Polisi Inggris Tidak Sengaja Nembak Tewas Korban Sinagoge. Malam Jumat, 3 Oktober 2025, berubah mencekam di Manchester, Inggris Utara, saat serangan teroris di sinagoge Heaton Park Congregation berujung tragedi ganda: penyerang tewas ditembak polisi, tapi salah satu pahlawan yang lindungi jemaah justru jadi korban tak disengaja. Adrian Daulby, pria 52 tahun yang blokir pintu sinagoge dengan tubuhnya, tewas karena peluru polisi yang seharusnya buat penyerang. Insiden ini bukan cuma duka bagi komunitas Yahudi setempat, tapi juga sorotan tajam pada prosedur bersenjata polisi Inggris yang jarang pakai senjata api. Dengan dua korban tewas total—satu lagi dari tusukan—dan penyerang Jihad Al-Shamie, 35 tahun, yang sedang bail karena tuduhan pemerkosaan, cerita ini campur aduk antara keberanian dan kesalahan fatal. Saat investigasi Independent Office for Police Conduct (IOPC) bergulir, pertanyaan muncul: bagaimana polisi bisa salah sasaran di tengah kekacauan? Di era ancaman terorisme yang naik, insiden ini ingatkan Inggris bahwa garis tipis antara lindungi dan lukai sering kabur di bawah tekanan. BERITA TERKINI
Detail Tragis Serangan dan Peran Pahlawan Daulby: Polisi Inggris Tidak Sengaja Nembak Tewas Korban Sinagoge
Serangan dimulai sekitar pukul 20.30 waktu setempat, saat Al-Shamie tabrakkan mobilnya ke pejalan kaki di depan sinagoge, lukai tiga orang sebelum lompat keluar dengan pisau dapur dan mulai tusuk jemaah yang baru selesai Shabat. Korban pertama, wanita 68 tahun, tewas di tempat karena luka tusuk di dada, sementara dua pria lain selamat meski dirawat darurat. Di dalam sinagoge, sekitar 50 orang panik; pintu utama jadi medan pertahanan terakhir. Masuklah Adrian Daulby, ayah dua anak dan relawan komunitas, yang langsung dorong meja dan tubuhnya sendiri untuk blokir penyerang. “Dia pegang pintu itu seperti pahlawan super,” kata Rabbi David Braun, saksi mata yang sembunyi di balik altar.
Polisi bersenjata tiba dalam tujuh menit—respon cepat dari patroli terdekat—dan langsung tembak Al-Shamie saat ia coba masuk. Enam peluru dilepas, lima kena penyerang yang tewas seketika. Tapi, satu peluru nyasar dan tembus pintu kayu, hantam Daulby di dada. Ia roboh dengan senyum tipis, kata-kata terakhirnya: “Kalian aman sekarang.” Tim medis paramedis tiba segera, tapi Daulby dinyatakan meninggal di rumah sakit Manchester Royal Infirmary jam 21.45. Satu jemaah lain, pria 45 tahun, juga luka tembak ringan di lengan—diduga peluru ricochet. CCTV sinagoge tangkap momen itu: kekacauan sorak jerit, Daulby berdiri tegar, lalu ledakan tembakan yang bergema seperti petir. Keluarga Daulby, termasuk istrinya Sarah, puji keberaniannya sebagai “tindakan terakhir penuh kasih,” meski duka campur amarah atas kesalahan polisi.
Respons Polisi, Pengakuan Kesalahan, dan Investigasi Awal: Polisi Inggris Tidak Sengaja Nembak Tewas Korban Sinagoge
Greater Manchester Police (GMP) langsung akui kemungkinan kesalahan fatal Jumat pagi, lewat konferensi pers darurat di kantor pusat. Kepala Polisi Sir Stephen Watson bilang: “Kami selidiki setiap peluru, dan bukti awal tunjukkan Daulby mungkin kena tembakan kami. Ini tragis, dan keluarga pantas dapat jawaban penuh.” Tiga petugas bersenjata—dua pria, satu wanita—ditempatkan libur berbayar sambil IOPC ambil alih, prosedur standar untuk insiden tembak. Forensik ballistik sedang analisis lintasan peluru, dengan hasil awal: tembakan dimaksudkan untuk Al-Shamie, tapi pintu tipis dan posisi Daulby dekat bikin nyasar.
Ini bukan pertama polisi Inggris hadapi skenario serupa; ingat insiden Jean Charles de Menezes 2005, di mana polisi tembak salah orang di Tube London. Bedanya, sekarang GMP pakai bodycam dan AI tracking untuk validasi, tapi di malam itu, kabut panik dan jarak dekat—kurang dari 10 meter—jadi faktor. Watson tekankan: “Petugas kami hadapi teroris bersenjata pisau, tapi kami tak abaikan korban tak bersalah.” Dukungan psikologis langsung digelar untuk jemaah dan petugas, sementara PM Keir Starmer tweet: “Hati hancur untuk Manchester; keberanian Daulby tak tergantikan.” Komunitas Yahudi nasional, via Board of Deputies, tuntut review nasional prosedur tembak, khawatir insiden ini picu rasa tak aman di tengah lonjakan anti-Semitisme pasca-konflik Gaza.
Latar Belakang Penyerang dan Dampak pada Komunitas Yahudi
Jihad Al-Shamie, warga asli Manchester keturunan Irak, bukan nama asing bagi polisi. Ia sedang bail sejak Juni 2025 atas tuduhan pemerkosaan terhadap mantan pacar, tapi belum didakwa karena kurang bukti. Catatan MI5 tunjukkan ia radikalisasi online via forum ekstremis, posting ancaman anti-Yahudi di Telegram dua minggu sebelum serangan. Mobilnya, Toyota Corolla curi, penuh bensin ekstra—rencana bakar sinagoge gagal karena polisi cepat. Motifnya jelas: balas dendam atas “penindasan Zionis,” kata polisi dari ponselnya.
Dampaknya ke komunitas Yahudi Manchester—sekitar 40.000 jiwa—dalam sekali. Sinagoge Heaton Park tutup sementara, layanan Shabat diganti virtual, dan patroli polisi naik 200% di 20 sinagoge kota. “Rasa aman hilang; kami takut setiap bayang,” kata Braun, rabbi yang pimpin doa memperingati Daulby Minggu ini. Keluarga Daulby buka donasi online, kumpul £500.000 dalam 24 jam untuk korban lain dan beasiswa anak-anak Yahudi. Secara nasional, insiden ini tambah statistik: serangan anti-Semitisme naik 150% tahun ini, dari 1.200 jadi 3.000 kasus. Pemerintah janji tambah dana £50 juta untuk keamanan sinagoge, tapi aktivis bilang butuh lebih: edukasi radikalisasi dini dan integrasi imigran. Di tengah duka, cerita Daulby jadi simbol: satu nyawa hilang sia-sia, tapi ribuan terlindungi berkatnya.
Kesimpulan
Tragedi di sinagoge Manchester bukan akhir, tapi titik balik: keberanian Adrian Daulby selamatkan nyawa, tapi kesalahan polisi ingatkan betapa rapuhnya sistem di bawah tekanan teror. Dengan investigasi IOPC lanjut dan tuntutan reformasi bergaung, Inggris harus belajar—perkuat pelatihan, tech tracking, dan dialog antar-komunitas. Saat jemaah kumpul lagi Minggu ini untuk pemakaman Daulby, pesannya jelas: hormati pahlawan, tapi cegah tragedi berulang. Di kota yang pernah bangkit dari bom 2017, semangat Manchester tak patah—tapi kali ini, dengan luka yang lebih dalam. Harapan tetap: keadilan untuk Daulby, dan kedamaian untuk semua.
Leave a Reply