Apartemen Hong Kong Terbakar, Penghuni Tidak Dengar Alarm. Tragedi mengerikan melanda Tai Po, Hong Kong, saat kebakaran dahsyat melahap kompleks apartemen Wang Fuk Court pada Rabu sore, 26 November 2025. Api yang bermula di bangunan pertama dengan cepat menyebar ke tujuh dari delapan menara setinggi 31 lantai, menewaskan setidaknya 94 orang—termasuk seorang pemadam kebakaran—dan meninggalkan lebih dari 270 orang hilang. Lebih dari 900 penghuni mengungsi ke tempat penampungan sementara, sementara sukarelawan menyortir bantuan makanan dan pakaian. Yang paling tragis: banyak korban tak mendengar alarm kebakaran karena jendela ditutup rapat akibat renovasi, dan sistem alarm diduga gagal berfungsi. Ini jadi kebakaran mematikan terburuk di Hong Kong sejak 1957, memicu tuntutan investigasi mendalam soal keselamatan bangunan. INFO TOGEL
Kronologi Kebakaran yang Menghancurkan: Apartemen Hong Kong Terbakar, Penghuni Tidak Dengar Alarm
Api pertama kali terdeteksi sekitar pukul 15.00 waktu setempat di Wang Cheong House, salah satu blok utama kompleks yang rumah bagi 4.800 jiwa. Penyebab awal diduga dari scaffolding bambu yang mudah terbakar, ditambah bahan busa polistirena di dinding luar yang sedang direnovasi. Dalam hitungan jam, api naik level alarm dari 3 ke 5—tingkatan tertinggi—pukul 18.22. Asap tebal dan panas ekstrem hambat pemadam, yang kesulitan akses lantai atas karena puing jatuh. Lebih dari 200 unit pemadam dikerahkan, tapi hingga Kamis pagi, beberapa apartemen masih menyala. Kompleks ini, bagian dari program kepemilikan rumah subsidi pemerintah, sedang direnovasi seharga 42,43 juta dolar Hong Kong—banyak jendela ditutup plastik untuk lindungi dari debu, tapi malah perangkap asap di dalam.
Penghuni Tak Dengar Alarm, Jendela Tertutup Rapat: Apartemen Hong Kong Terbakar, Penghuni Tidak Dengar Alarm
Banyak saksi bilang alarm kebakaran tak berbunyi sama sekali. Seorang pensiunan berusia 83 tahun, Chan Kwong-tak, cerita ke South China Morning Post bahwa meski gedung punya alarm, tak ada suara saat api meledak. “Kalau ada yang tidur, mereka selesai sudah,” katanya. Renovasi bikin banyak warga tutup jendela rapat untuk hindari debu, jadi asap masuk pelan tanpa peringatan. Seorang warga lain, Lau Yu Hung, 78 tahun, selamat karena kebetulan lihat api dari jendela kamar mandi—ia lari ke pintu tetangga untuk peringatkan. Banyak lansia, yang mayoritas penghuni, terperangkap di lantai atas. Video amatir tunjukkan warga berteriak dari balkon, tapi api lompat antar gedung via scaffolding, bikin evakuasi mustahil. Lebih dari 900 orang kini di penampungan, banyak yang cari kabar keluarga hilang.
Respons Pemerintah dan Investigasi Awal
Pemerintah Hong Kong langsung respons: Chief Executive John Lee umumkan dana 300 juta dolar Hong Kong untuk bantu korban, termasuk rekonstruksi dan psikolog. Lebih dari 200 sukarelawan sortir bantuan makanan, selimut, dan air di pusat komunitas dekat lokasi. Polisi tangkap tiga orang terkait renovasi—diduga kontraktor ceroboh pakai bahan tak aman. Investigasi fokus pada scaffolding bambu, yang masih dipakai meski daratan China larang sejak 2021. Mantan dewan Tai Po, Herman Yiu Kwan-ho, tuduh kolusi antara komite perumahan dan kontraktor. Api ini melewati korban Grenfell Tower London 2017 (72 jiwa), dan jadi yang terburuk di Hong Kong dalam 63 tahun. Lee janji transparansi, tapi warga tuntut audit keselamatan nasional.
Kesimpulan
Kebakaran Wang Fuk Court adalah tragedi yang bisa dicegah, di mana alarm diam dan jendela tertutup jadi pembunuh diam-diam. Dari 94 korban tewas hingga 270 hilang, ini ingatkan urgensi reformasi keselamatan bangunan di kota padat seperti Hong Kong. Pemerintah janji dana dan investigasi, tapi keluarga korban butuh keadilan—bukan janji kosong. Di tengah renovasi yang seharusnya lindungi, malah picu bencana. Saat api padam, luka tetap membara—semoga ini jadi pelajaran akhir untuk selamatkan nyawa di masa depan.











Leave a Reply