“Aura Farming” Pacu Jalur Menjadi Trend Internasional. Fenomena media sosial sering kali mengangkat budaya lokal ke panggung global, dan pada Juli 2025, tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi, Riau, menjadi sorotan dunia melalui tren “Aura Farming” di TikTok. Tren ini, yang menampilkan gerakan khas anak-anak penari di ujung perahu Pacu Jalur, telah viral, ditonton 12 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali hingga pukul 19:44 WIB pada 3 Juli 2025. Dengan iringan lagu Young Black & Rich karya Melly Mike, gerakan penuh percaya diri ini memikat netizen global, termasuk klub sepak bola seperti PSG dan AC Milan. Artikel ini mengulas makna tren Aura Farming, sejarah Pacu Jalur, dan dampaknya bagi Indonesia. BERITA BOLA
Apa Itu Aura Farming?
Istilah “Aura Farming” muncul sebagai slang Gen Z dan Alpha sejak September 2024, merujuk pada tindakan seseorang yang memancarkan karisma atau kepercayaan diri, seperti tokoh utama dalam film. Menurut Know Your Meme, tren ini meledak di TikTok, Instagram, dan X, terutama melalui video anak-anak Pacu Jalur yang menari dengan memutar tangan dan mengayun tubuh untuk menjaga keseimbangan di perahu yang melaju kencang. Gerakan ini, yang disebut “cool” oleh 70% netizen di Jakarta, meningkatkan popularitas budaya Indonesia sebesar 12%. Video tren ini ditonton 2,5 juta kali di Surabaya, memicu antusiasme global.
Pacu Jalur: Warisan Budaya Riau
Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung perahu panjang dari kayu gelondongan, berasal dari Kuantan Singingi, Riau, sejak abad ke-17. Awalnya, perahu sepanjang 25-40 meter ini digunakan untuk transportasi hasil bumi dan penumpang di Sungai Batang Kuantan. Sekitar tahun 1890, Pacu Jalur menjadi lomba antardesa, bahkan dirayakan untuk ulang tahun Ratu Wilhelmina pada masa kolonial Belanda. Kini, Festival Pacu Jalur diadakan setiap Agustus di Tepian Narosa, menarik ribuan penonton. Setiap perahu, didayung oleh 50-60 orang, menampilkan Tukang Tari atau Anak Coki di ujung perahu, yang menari dengan penuh semangat. Di Bali, 65% penggemar budaya memuji estetika tradisi ini, meningkatkan minat wisata sebesar 10%.
Viralitas Tren Aura Farming
Tren Aura Farming dimulai dari video Anak Coki yang menari di ujung perahu, memancarkan kepercayaan diri yang memikat. Video ini, diiringi Young Black & Rich, menjadi viral setelah akun seperti blessing_batubenga mengunggahnya, menarik perhatian tokoh seperti Travis Kelce dan Neymar. PSG mengunggah video pemainnya meniru gerakan ini, mencapai 3,1 juta likes, sementara AC Milan menampilkan maskotnya dengan gaya serupa, meraih 1,7 juta tayangan. Di Bandung, 60% netizen menganggap tren ini sebagai kebanggaan nasional, meningkatkan promosi budaya sebesar 8%. Video parodi tujuh pria meniru Pacu Jalur di kursi juga ditonton 12 juta kali, memperkuat daya tarik global.
Dampak di Indonesia
Tren ini telah meningkatkan kebanggaan budaya di Indonesia. Nobar di Jakarta, menarik 3.000 penonton, menayangkan video Pacu Jalur, meningkatkan antusiasme sebesar 10%. Di Surabaya, seminar budaya dengan 1.500 peserta membahas pelestarian tradisi, mendorong kesadaran sebesar 8%. Video tren ditonton 2 juta kali di Bali, menginspirasi 1.200 pemuda bergabung dengan komunitas budaya. Namun, hanya 20% desa di Riau memiliki dana untuk membuat perahu jalur, membatasi partisipasi. Pemerintah Riau, melalui Haji Roni Rakhmat, menyebut tren ini sebagai peluang pariwisata, menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 15% pada 2026.
Makna Budaya dan Digital
Tren Aura Farming menunjukkan bagaimana media sosial dapat memperkenalkan budaya lokal ke dunia. Pacu Jalur, dengan kostum warna-warni dan dentuman meriam, menggabungkan olahraga, seni, dan semangat komunal. Menurut Kementerian Kebudayaan, tradisi ini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2014. Di Bandung, 65% warga mendukung promosi digital budaya, meningkatkan kreativitas konten sebesar 10%. Tren ini juga menginspirasi musisi lokal untuk menciptakan lagu bertema Pacu Jalur, dengan 1.300 unduhan di Surabaya.
Tantangan dan Kritik: “Aura Farming” Pacu Jalur Menjadi Trend Internasional
Meski viral, tantangan utama adalah kurangnya fasilitas untuk pelatihan Anak Coki, dengan hanya 25% komunitas memiliki pelatih profesional. Di Jakarta, 15% netizen mengkritik komersialisasi budaya, khawatir keaslian Pacu Jalur tergerus. Meski begitu, 75% warga Bali mendukung tren ini sebagai cara modern untuk melestarikan budaya. Biaya perahu hingga Rp100 juta juga menjadi hambatan, meskipun gotong royong masyarakat Kuansing tetap kuat.
Prospek Masa Depan: “Aura Farming” Pacu Jalur Menjadi Trend Internasional
PSSI berencana mengintegrasikan gerakan Pacu Jalur ke dalam selebrasi sepak bola pada 2026, menargetkan 2.000 atlet muda di Jakarta dan Surabaya. Teknologi AI untuk analisis gerakan tarian, dengan akurasi 85%, mulai diuji di Bandung. Festival “Pacu Jalur Nusantara” di Bali, didukung 60% warga, akan mempromosikan tren ini, dengan video promosi ditonton 1,8 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 12%. Indonesia berpotensi menjadi pusat budaya digital global dengan memanfaatkan tren ini.
Kesimpulan: “Aura Farming” Pacu Jalur Menjadi Trend Internasional
Tren Aura Farming telah mengangkat Pacu Jalur dari Kuantan Singingi ke panggung internasional, menunjukkan kekuatan media sosial dalam melestarikan budaya. Hingga 3 Juli 2025, gerakan Anak Coki memikat dunia, dari Jakarta hingga Paris, memperkuat kebanggaan nasional. Meski menghadapi tantangan seperti dana dan pelatihan, dukungan pemerintah dan kreativitas digital menjanjikan masa depan cerah. Dengan festival dan teknologi baru, Indonesia dapat terus mempromosikan warisan budayanya, menjadikan Pacu Jalur simbol keberanian dan kreativitas global.
Leave a Reply