Badai Bualoi Kini Menerjang Negara Filipina, 3 Orang Tewas. Badai tropis Bualoi, yang dikenal sebagai Opong di Filipina, akhirnya menerjang daratan negara itu pada 25 September 2025 malam hari, membawa angin kencang dan hujan lebat yang langsung menewaskan tiga orang. Badai ini, yang menjadi siklon tropis ke-15 tahun ini, membuat enam landfall berturut-turut di wilayah timur dan selatan, mulai dari Eastern Samar hingga Oriental Mindoro. Dampaknya cepat terasa: lebih dari 400.000 orang mengungsi, ratusan penerbangan dibatalkan, dan banjir bandang melanda desa-desa di Bicol dan Visayas. Pemerintah Filipina, melalui National Disaster Risk Reduction and Management Council (NDRRMC), segera mengaktifkan operasi penyelamatan, dengan ribuan relawan dan militer dikerahkan untuk evakuasi darurat. BERITA BOLA
Ini bukan badai pertama musim ini—baru seminggu lalu Super Typhoon Nando merenggut sembilan nyawa di utara—tapi Bualoi terasa lebih ganas karena intensitasnya yang mendadak. Pada 26 September pagi, pusat badai berada di barat daya Manila, dengan kecepatan angin 110 km/jam dan gelombang tinggi hingga 5,5 meter. Wilayah seperti Samar, Masbate, dan Romblon berada di bawah sinyal angin terkuat, sementara pantai timur Luzon siaga banjir. Presiden Ferdinand Marcos Jr. menyerukan solidaritas nasional, sementara badai ini diprediksi melemah setelah melintasi daratan tapi berpotensi menguat lagi di Laut Filipina Barat menuju Vietnam. Korban jiwa awal dilaporkan dari longsor di Leyte dan tenggelam di Bicol, tapi angka itu bisa naik seiring laporan dari daerah terpencil.
Apa Itu Badai Bualoi: Badai Bualoi Kini Menerjang Negara Filipina, 3 Orang Tewas
Badai Bualoi adalah siklon tropis yang terbentuk di Pasifik Barat Laut, dinamai oleh badan meteorologi Jepang dengan nama Thailand yang berarti “kue manis”—kontras ironis dengan kehancuran yang dibawanya. Di Filipina, PAGASA menyebutnya Opong, siklon ke-15 tahun 2025 dan yang kelima di September. Badai ini masuk Area Tanggung Jawab Filipina (PAR) pada 23 September sebagai depresi tropis, lalu cepat berkembang menjadi badai tropis pada 24 September dengan angin 65 km/jam. Pada 25 September malam, ia naik status menjadi typhoon saat mendarat pertama kali di San Policarpo, Eastern Samar, dengan angin puncak 120 km/jam dan hembusan hingga 165 km/jam.
Secara teknis, Bualoi termasuk severe tropical storm yang bergerak barat laut dengan kecepatan 25 km/jam, membawa hujan deras hingga 200 mm sehari di wilayah inti. Ukuran badainya sedang, tapi jalurnya melintasi enam provinsi utama: Eastern Samar, Masbate (dua kali), Romblon (dua kali), dan Oriental Mindoro. Saat ini, 26 September siang, badai berada 215 km selatan Manila, dengan tekanan pusat 992 hPa—cukup rendah untuk picu angin ribut. Ini mirip pola badai pasifik biasa, tapi tahun ini Filipina sudah hadapi 14 siklon sebelumnya, menjadikan Bualoi bagian dari musim yang hiperaktif akibat La Niña yang melemah.
Bagaimana Proses Terjadinya Badai Bualoi Ini
Proses pembentukan Bualoi dimulai di perairan hangat Pasifik Timur Filipina sekitar 24 September, ketika depresi tropis berkumpul dari konvergensi angin monsun barat daya dan aliran jet stream atas. Air laut yang suhu permukaannya di atas 28°C beri energi panas, memicu evaporasi masif yang membentuk awan kumulus raksasa. Dalam 24 jam, sistem ini berputar karena efek Coriolis—rotasi Bumi yang buat angin berbelok—mencapai kecepatan 55 km/jam dan resmi jadi depresi tropis.
Intensifikasi cepat terjadi pada 25 September pagi, saat badai mendekati Visayas Timur. Suhu air tinggi dan rendahnya gesekan udara atas dorong pembentukan mata badai, naikkan angin ke 95 km/jam sebagai severe tropical storm. Landfall pertama di Eastern Samar pukul 23:30 waktu setempat tekan sistem ke daratan, tapi ia pulih cepat berkat lembab monsun. Gerakannya barat laut dipengaruhi ridge tekanan tinggi di utara, bawa badai lintasi Bicol dan Mindoro. Saat melintasi daratan, gesekan tanah lemahkan sementara—angin turun ke 110 km/jam—tapi di Laut Filipina Barat, ia diprediksi pulih jadi typhoon lagi sebelum ke Vietnam. Proses ini khas siklon pasifik: lahir dari panas tropis, tumbuh dari angin lemah, dan mati saat daratan atau air dingin.
Apa yang Membuat Badai Bualoi Sangat Berbahaya
Yang bikin Bualoi begitu mematikan adalah kombinasi kecepatan intensifikasi dan jalur padat penduduknya. Angin 120 km/jam robek atap rumah, tumbangkan pohon, dan picu longsor di daerah pegunungan seperti Leyte—salah satu korban tewas dari longsor yang timpa desa kecil. Hujan ekstrem, hingga 300 mm di Samar, sebabkan banjir kilat yang tenggelamkan jalan dan sungai, klaim dua nyawa lagi di Bicol saat warga coba selamatkan ternak. Gelombang badai setinggi 5,5 meter ancam pantai timur, erosi garis pantai dan banjiri pelabuhan di Romblon, di mana ratusan kapal nelayan hancur.
Faktor lain: Filipina rawan karena topografi—pulau-pulau sempit dan gunung curam perkuat banjir dan longsor. Iklim berubah tambah buruk: air laut lebih hangat dari biasa, bikin badai lebih kuat 10-20% sejak 1970-an, kata para ahli. Dampak ekonomi? Kerusakan awal capai miliaran peso di pertanian dan infrastruktur, dengan 261 penumpang terdampar di pelabuhan Visayas Tengah. Evakuasi 400.000 orang selamatkan nyawa, tapi ribuan rumah rusak total. Singkatnya, bukan cuma angin, tapi hujan dan banjir yang bikin badai ini ancam jutaan jiwa di negara rawan bencana.
Kesimpulan: Badai Bualoi Kini Menerjang Negara Filipina, 3 Orang Tewas
Badai Bualoi tinggalkan jejak luka di Filipina, dengan tiga nyawa hilang dan ratusan ribu terdampak, tapi respons cepat pemerintah tunjukkan ketangguhan bangsa ini. Dari pembentukan di Pasifik hingga landfall beruntun, badai ini ingatkan betapa rentannya negara kepulauan terhadap cuaca ekstrem yang makin ganas. Yang bahaya bukan hanya kekuatannya, tapi bagaimana ia gabungkan angin, air, dan tanah untuk ciptakan malapetaka.
Ke depan, Filipina butuh investasi lebih di dini peringatan dan infrastruktur tahan bencana, terutama dengan musim typhoon yang masih panjang. Saat Bualoi lanjut ke Vietnam, harapannya Filipina pulih cepat—dengan solidaritas warga dan bantuan internasional. Ini bukan akhir cerita bencana, tapi pelajaran untuk siap hadapi yang berikutnya. Langit cerah akan kembali, asal kita belajar dari gelap ini.
Leave a Reply