Berita Terkini Urbandivers

Urbandivers merupakan situs yang menyediakan berita terkini seputar Indonesia maupun Dunia

Netanyahu: Tentara Israel Akan Berada di Sebagian Daerah Gaza

netanyahu-tentara-israel-akan-berada-di-sebagian-daerah-gaza

Netanyahu: Tentara Israel Akan Berada di Sebagian Daerah Gaza. Pernyataan tegas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 29 September 2025, di sela-sela konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, langsung jadi sorotan dunia: pasukan Israel akan tetap berada di sebagian daerah Gaza pasca-gencatan senjata, sebagai jaminan keamanan jangka panjang. “Kami mundur secara bertahap, tapi tetap di perimeter keamanan—ini bukan akhir, tapi awal era Gaza bebas ancaman,” tegas Netanyahu, merujuk rencana perdamaian 20 poin Trump yang baru dirilis. Pernyataan ini keluar di tengah operasi militer intensif IDF di Gaza City, di mana tank-tank Israel maju ke pusat kota sejak 25 September, hancurkan blok demi blok bangunan yang diduga jadi basis Hamas. Konflik yang sudah hampir dua tahun ini telah tewaskan lebih dari 40 ribu nyawa, ciptakan krisis kemanusiaan dahsyat, dan picu protes global. Dukungan Netanyahu ke rencana Trump—yang janji tukar sandera, demiliterisasi Hamas, dan pemerintahan transisi internasional—tapi dengan syarat pasukan tetap di sebagian wilayah, tunjukkan Israel tak rela lepas kendali penuh. Saat Hamas tolak proposal itu sebagai “penyerahan total”, dan dunia tunggu respons, pernyataan ini bisa jadi kunci damai atau pemicu eskalasi baru di Timur Tengah. BERITA VOLI

Pernyataan Netanyahu: Strategi Keamanan Jangka Panjang: Netanyahu: Tentara Israel Akan Berada di Sebagian Daerah Gaza

Pernyataan Netanyahu bukan sekadar retorika; itu bagian dari strategi militer yang sudah berjalan. Pada 29 September, di hadapan Trump, ia bilang rencana AS capai tujuan perang Israel: bebaskan semua sandera, hancurkan kemampuan militer Hamas, akhiri kekuasaannya secara politik, dan pastikan Gaza tak lagi jadi basis serangan. Tapi, mundur IDF tak total—pasukan akan stay di “perimeter keamanan” Gaza, termasuk zona penyangga di utara dan koridor Philadelphi di selatan, untuk cegah infiltrasi. “Ini bisa lewat cara mudah atau keras; jika Hamas tolak, kami selesaikan sendiri,” tambahnya, sinyal Israel siap lanjut operasi jika proposal gagal.

Ini selaras dengan operasi Gaza City yang digencarkan sejak akhir pekan. Pada 25 September, tank IDF masuk lebih dalam ke pusat kota, targetkan “benteng terakhir” Hamas. Netanyahu sebut ini beda dari incursion sebelumnya: kali ini, Israel pegang wilayah yang direbut, bukan tarik mundur lalu balik lagi. Menteri Pertahanan Israel Katz bilang, “Intensitas serangan di sini akan tekan Hamas dan bantu bebaskan sandera.” Pernyataan ini juga respons ke tekanan domestik: koalisi Netanyahu, yang didominasi sayap kanan, tolak mundur penuh tanpa jaminan. Bezalel Smotrich, pemimpin Partai Zionis Agama, puji: “Ini lindungi Israel dari ancaman abadi.” Secara keseluruhan, Netanyahu gambar visi Gaza pasca-perang sebagai zona demiliterisasi di bawah pengawas internasional, tapi dengan IDF sebagai penjaga pintu—langkah yang ia sebut “esensial untuk perdamaian sejati”.

Konteks Rencana Trump: Dukungan AS dengan Syarat

Rencana Trump, dirilis 29 September sebagai dokumen 20 poin, jadi latar belakang pernyataan Netanyahu. Proposal itu panggil gencatan senjata segera, tukar 138 sandera Israel dengan tahanan Palestina, mundur bertahap IDF dari Gaza, dan pembubaran senjata Hamas. Ada juga Gaza International Transitional Authority di bawah PBB, libatkan pasukan multinasional untuk stabilisasi, plus dana rekonstruksi global. Trump janji jadi ketua sementara badan itu, fokus redevelop waterfront Gaza jadi “proyek ekonomi besar”. Netanyahu langsung dukung, bilang itu “capai tujuan kami tanpa kompromi keamanan”.

Tapi, syarat Israel soal pasukan tetap jadi duri. Trump bilang beri “dukungan penuh” Israel jika Hamas tolak, termasuk bantu eliminasi kelompok itu. Ini selaras dengan pertemuan mereka: Netanyahu terbang ke Washington pasca pidato UNGA 26 September, di mana ia kritik pemimpin Barat yang akui Palestina sebagai “gutless”. Trump, yang klaim mediasi sukses di kawasan, lihat rencana ini sebagai legacy—mirip Abraham Accords. Namun, Netanyahu tegas: tak ada peran Hamas atau Otoritas Palestina di Gaza pasca-perang tanpa pengawasan Israel. “Gaza harus aman untuk Israel, titik,” katanya. Dukungan AS ini beri Netanyahu ruang napas, tapi juga tekanan: Trump dorong kesepakatan cepat untuk kurangi biaya perang yang sudah capai miliaran dolar bagi Israel.

Respons Pihak Lain: Antara Harapan dan Penolakan

Reaksi terhadap pernyataan Netanyahu campur aduk, tapi condong kritis dari pihak Palestina. Hamas langsung tolak rencana Trump sebagai “formula picu api regional”, bilang tak dikonsultasi dan tuntut akhir permanen perang plus mundur total IDF sebelum bebaskan sandera. “Ini ancaman eksistensial; kami tak serahkan senjata tanpa jaminan negara Palestina,” kata juru bicara Hamas. Otoritas Palestina, via Mahmoud Abbas, sambut baik upaya Trump tapi khawatir pasukan Israel tetap jadi “okupasi baru”. Di lapangan, warga Gaza City—ratusan ribu yang terjebak—lari ke selatan, tapi tak ada tempat aman; 90% infrastruktur hancur, kelaparan massal ancam jutaan.

Internasional, Eropa desak tekanan: Macron bilang “perang abadi tak bisa diterima”, sementara Inggris dan Kanada akui Palestina minggu ini, picu Netanyahu marah di UNGA. Arab Saudi dan Mesir, mediator potensial, dukung transisi tapi tolak demiliterisasi tanpa bantuan humaniter segera. Di AS, Demokrat kritik Trump “terlalu lunak” ke Netanyahu, sementara Republikan puji sebagai “deal abad ini”. Domestik Israel, protes keluarga sandera tuntut prioritas negosiasi, bukan militer; ribuan demo di Yerusalem 27 September. Netanyahu hadapi ujian koalisi: mitra kanan dukung pasukan tetap, tapi oposisi bilang itu sabotase damai. Secara keseluruhan, respons tunjuk momentum rapuh—harapan rekonstruksi Gaza bentur realitas kekerasan yang masih nyata.

Kesimpulan: Netanyahu: Tentara Israel Akan Berada di Sebagian Daerah Gaza

Pernyataan Netanyahu soal pasukan Israel tetap di sebagian Gaza jadi garis merah dalam rencana Trump, tandai upaya damai yang penuh kompromi tapi tegas pada keamanan. Di tengah operasi Gaza City yang hancurkan kota dan picu evakuasi massal, proposal 20 poin tawarkan jalan keluar: gencatan, tukar sandera, dan Gaza baru—tapi syarat IDF stay bikin Hamas ragu dan dunia khawatir okupasi berkepanjangan. Bagi Netanyahu, ini lindungi Israel dari ancaman Hamas; bagi Trump, legacy geopolitik. Krisis humaniter Gaza, dengan ribuan nyawa di ujung tanduk, tekan semua pihak untuk bertindak cepat. Jika Hamas terima, ini bisa akhiri tragedi dua tahun; jika tolak, eskalasi tunggu. Dunia kini pegang napas—apakah perimeter keamanan jadi jembatan damai, atau tembok baru yang pisah harapan? Israel punya kekuatan, tapi perdamaian butuh lebih dari pasukan: itu butuh kepercayaan yang lama hilang. Saat Trump janji “dukungan penuh”, Netanyahu ingatkan: damai tak gratis, tapi Gaza layak kedamaian yang tahan uji.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *