Berita Terkini Urbandivers

Urbandivers merupakan situs yang menyediakan berita terkini seputar Indonesia maupun Dunia

Panik Korban yang Selamat dari Kebakaran Apartemen Hong Kong

panik-korban-yang-selamat-dari-kebakaran-apartemen-hong-kong

Panik Korban yang Selamat dari Kebakaran Apartemen Hong Kong. Hong Kong masih terhuyung-huyung usai kebakaran dahsyat yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court di Tai Po pada 26 November 2025. Api yang bermula dari pekerjaan renovasi menyebar kilat ke tujuh dari delapan menara setinggi 31 lantai, menewaskan 128 orang—termasuk seorang petugas pemadam—dan melukai 79 lainnya. Lebih dari 150 warga masih hilang, sementara ribuan penduduk mengungsi ke tempat penampungan darurat. Di tengah duka yang menyelimuti kota, cerita para korban yang selamat muncul seperti jeritan bisu: kepanikan mencekam saat api melahap gedung, tanpa alarm yang berbunyi, dan bantuan yang terlambat. Kisah-kisah ini tak hanya pilu, tapi juga picu kemarahan atas kegagalan keselamatan, membuat warga bertanya-tanya bagaimana tragedi sebesar ini bisa terjadi di salah satu kota paling modern di Asia. INFO CASINO

Kisah Pelarian yang Penuh Ketakutan: Panik Korban yang Selamat dari Kebakaran Apartemen Hong Kong

Bayangkan berada di lantai delapan, tak sadar api sudah mengamuk di luar. William Li, seorang ayah dua anak, mengalami itu. Saat api mulai pada pukul 14:51, ia sedang istirahat di apartemennya tanpa tanda bahaya apa pun—alarm tak berbunyi, asap tak masuk. “Saya baru sadar saat dengar jeritan minta tolong,” katanya dalam posting Facebook yang viral. Bersama dua tetangga, Li terjebak dua jam lebih di apartemennya, dua lantai dari tanah, sambil lihat api menjilat scaffolding bambu dan styrofoam jendela yang mudah terbakar. Mereka basah kuyup oleh air hujan yang bocor, tapi panas menyengat bikin napas sesak. “Saya foto gedung yang terbakar sambil berdoa, tapi tak ada yang jawab,” tambahnya. Petugas pemadam akhirnya selamatkan mereka setelah dua jam, tapi Li dirawat dua hari di rumah sakit karena asap inhalasi. Ceritanya, dibagikan ribuan kali, jadi simbol kepanikan yang tak terhindarkan.

Jeritan Panik di Tengah Asap Tebal: Panik Korban yang Selamat dari Kebakaran Apartemen Hong Kong

Tak jauh dari sana, Mr. Lau dan istrinya alami mimpi buruk serupa. Saat membuka jendela untuk lihat sumber jeritan, asap hitam langsung menerobos masuk. “Api naik cepat, lompat antar gedung seperti monster,” ceritanya. Mereka lari turun tangga darurat yang penuh orang panik, sambil dengar tangisan anak kecil dan teriakan lansia. Tanpa sprinkler yang efektif—karena api eksternal—mereka bergantung tangga darurat yang sempit dan berasap. Lau ingat istri yang hampir pingsan karena sesak napas, sementara ia dorong orang-orang agar tak saling injak. “Saya pikir itu akhir, tapi kami selamat karena lari secepat kilat,” katanya. Kisah seperti ini bergaung di media sosial: seorang wanita rekam audio panik ke saudaranya, “Saya lemah, tak bisa bernapas,” sebelum selamat dengan bantuan tetangga. Panik ini tak cuma fisik—ia campur rasa tak berdaya saat lihat gedung rumah yang ditinggali puluhan tahun lenyap dalam sekejap.

Trauma yang Bertahan dan Kritik Keselamatan

Para penyintas tak luput dari bayang-bayang trauma. Seorang pasangan lansia, yang tinggal di kompleks sejak dibangun, kini duduk di bangku taman dekat puing, pegang tas berisi selimut dan kasur lipat. “Kami tak tahu apartemen selamat atau tidak, tapi anak kami suruh tinggal sementara di rumahnya,” kata mereka. Panik saat evakuasi jadi cerita berulang: anak-anak terpisah dari orang tua, hewan peliharaan ditinggal, dan lansia yang tak bisa lari cepat terjebak di lantai atas. Organisasi kesejahteraan hewan selamatkan puluhan kucing dan anjing, tapi banyak yang hilang. Kritik mengalir deras: kenapa alarm tak berfungsi di delapan gedung? Kenapa styrofoam dan jaring bambu tak tahan api? Seorang penyintas bilang, “Kami bayar pajak tinggi, tapi keselamatan seperti mainan.” Pemerintah janji inspeksi semua renovasi, tapi penyintas seperti Lau tuntut investigasi independen—panik mereka tak boleh sia-sia.

Kesimpulan

Kepanikan para korban selamat dari kebakaran Wang Fuk Court jadi jeritan hati kota yang biasa tangguh. Dari William Li yang terjebak dua jam hingga pasangan lansia yang kini pengungsi, cerita ini ungkap kegagalan sistem yang biarkan api melahap 128 nyawa dan tinggalkan 150 hilang. Hong Kong berduka, tapi dari puing itu muncul tuntutan perubahan: alarm yang bekerja, bahan tahan api, dan renovasi aman. Penyintas seperti Lau bilang, “Kami selamat, tapi trauma ini tak hilang.” Saat identifikasi korban lanjut dan dana bantuan HK$300 juta mengalir, kota ini harus dengar jeritan panik itu—agar api selanjutnya tak lahir dari kelalaian. Di balik duka, ada tekad bangkit: Hong Kong tak akan biarkan tragedi ini terulang.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *