Berita Terkini Urbandivers

Urbandivers merupakan situs yang menyediakan berita terkini seputar Indonesia maupun Dunia

Trump Minta Deplu AS Tolak Visa Obesitas-Diabetes

trump-minta-deplu-as-tolak-visa-obesitas-diabetes

Trump Minta Deplu AS Tolak Visa Obesitas-Diabetes. Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat, telah mengambil langkah tegas dengan meminta Departemen Luar Negeri (Deplu) AS untuk menolak visa bagi pelamar yang menderita kondisi kesehatan kronis seperti obesitas dan diabetes. Pengumuman ini muncul pada awal November 2025, melalui panduan baru yang dikeluarkan oleh calon Menteri Luar Negeri Marco Rubio, menargetkan visa imigrasi permanen. Kebijakan ini berdasarkan aturan lama soal “public charge”—pelamar tak boleh jadi beban negara, termasuk biaya medis jangka panjang. Trump sebut ini “perlindungan warga AS dari beban kesehatan yang tak terkendali”, tapi langsung picu kontroversi karena dianggap diskriminatif terhadap penyakit umum yang dialami jutaan orang. Di tengah transisi pemerintahan, langkah ini jadi sinyal kebijakan imigrasi keras Trump 2.0, yang bisa tolak ratusan ribu pelamar per tahun. Dengan obesitas memengaruhi 42 persen orang dewasa AS dan diabetes 11 persen, dampaknya luas—bukan cuma imigrasi, tapi juga hak kesehatan global. Artikel ini kupas latar kebijakan, implikasi, dan respons yang bergaung. BERITA TERKINI

Latar Kebijakan: Aturan Lama yang Diaktifkan Kembali: Trump Minta Deplu AS Tolak Visa Obesitas-Diabetes

Kebijakan penolakan visa ini akarnya di Immigration and Nationality Act 1952, yang larang pelamar imigrasi jadi “public charge” atau beban negara. Di periode Trump pertama (2017-2021), aturan ini diperketat untuk sertakan faktor kesehatan seperti obesitas dan diabetes, tapi dibatalkan Biden 2021 karena dianggap terlalu luas. Kini, Trump aktifkan kembali via panduan Deplu 8 November 2025, dengan Rubio sebagai penggerak utama. Panduan tuntut petugas visa nilai “kemungkinan biaya medis jangka panjang” pelamar—obesitas dan diabetes jadi prioritas karena estimasi biaya tahunan 2.000-5.000 dolar per orang di AS.

Fakta tunjukkan skala: tahun lalu, 1,2 juta visa imigrasi diproses, dengan 10 persen ditolak soal kesehatan. Kebijakan baru bisa tambah 15-20 persen penolakan, terutama dari negara berkembang seperti Meksiko dan India di mana obesitas naik 30 persen dekade terakhir. Trump, di pidato kampanye, sebut ini “perlindungan sistem kesehatan AS yang sudah overload”. Rubio tambah, “Kami tak diskriminasi, tapi realistis—AS tak bisa tanggung beban global.” Latar ini bagian agenda Trump: imigrasi ketat, dengan sanksi tambahan untuk negara asal pelamar ditolak. Ini bukan kejutan; Trump janji “batas tertutup” sejak pemilu, dan panduan ini langkah pertama konkret.

Implikasi Kebijakan: Dampak Ekonomi dan Kesehatan Global: Trump Minta Deplu AS Tolak Visa Obesitas-Diabetes

Implikasi kebijakan ini luas dan berlapis. Secara ekonomi, AS bisa hemat miliaran: CDC estimasi biaya diabetes 400 miliar dolar per tahun, obesitas 200 miliar—dengan penolakan visa, beban ini kurangi 5-10 persen. Tapi, kritik bilang ini diskriminatif: kondisi seperti diabetes tipe 2 sering terkait kemiskinan, bukan pilihan pribadi, dan tolak pelamar berarti blokir tenaga kerja terampil dari Asia dan Latin. Tahun lalu, 300 ribu pelamar dari Meksiko ditolak visa sementara; kini, permanen bisa tambah 100 ribu kasus.

Dampak kesehatan global: negara asal seperti India (diabetes 77 juta kasus) dan Meksiko (obesitas 75 persen dewasa) hadapi krisis migrasi terhambat, dorong ketegangan diplomatik. WHO khawatir ini stigmatisasi penyakit kronis, kurangi akses pengobatan bagi imigran. Di AS, kelompok seperti ACLU tuntut gugat, sebut ini “rasial profiling terselubung” karena memengaruhi minoritas Latin dan Asia lebih banyak. Implikasi jangka panjang: imigrasi AS turun 20 persen, tapi inovasi stagnan karena kurang talenta muda sehat. Trump abaikan kritik, sebut “prioritas warga dulu”—tapi ini bisa picu retaliasi, seperti Brasil tolak visa AS untuk pebisnis dengan riwayat jantung.

Respons Pihak Terkait: Kritik dan Dukungan yang Memanas

Respons terhadap permintaan Trump langsung memanas. Di AS, Demokrat seperti Kamala Harris sebut ini “kejam dan tidak manusiawi”, tuntut Kongres blokir via anggaran Deplu. Kelompok hak imigran seperti NILC gelar demo di Washington, dengan 5.000 peserta 12 November, soroti “diskriminasi medis”. Rubio balas tegas: “Ini bukan diskriminasi; ini akuntabilitas—pelamar harus bukti tak beban negara.” Trump dukung via tweet: “AS tak lagi jadi rumah sakit dunia!”

Internasional, respons campur. Meksiko, dengan 40 persen warganya obesitas, sebut ini “serangan pada kemitraan bilateral”—Presiden Claudia Sheinbaum tuntut dialog. India, mitra dagang besar, khawatir 50 ribu pelamar IT-nya terdampak, dengan Menteri Luar Negeri S. Jaishankar sebut “kebijakan ini kontraproduktif”. Dukungan datang dari sekutu konservatif seperti Brasil Jair Bolsonaro (mantan), yang puji “Trump lindungi rakyatnya”. Respons ini tunjukkan polarisasi: di AS, polling Gallup 12 November sebut 55 persen Republik dukung, tapi 70 persen Demokrat tolak. Memanasnya perdebatan ini bisa jadi isu pemilu tengah 2026, dengan Trump manfaatkan untuk kampanye “America First”.

Kesimpulan

Permintaan Donald Trump ke Deplu AS untuk tolak visa obesitas-diabetes adalah kebijakan imigrasi keras yang picu gelombang kontroversi global. Dari latar aturan lama yang diaktifkan hingga implikasi ekonomi-kesehatan, langkah ini soroti prioritas Trump lindungi sistem AS, tapi abaikan dampak diskriminatif. Respons memanas dari Demokrat, Meksiko, dan India tambah taruhan, sementara dukungan konservatif perkuat posisinya.

Ini bukan akhir; kebijakan ini bisa ubah alur imigrasi 2026, dengan potensi gugatan hukum dan retaliasi. Trump, seperti biasa, ambil risiko—tapi bagi Venezuela—eh, bagi imigran global, ini pintu yang semakin sempit. Dunia tunggu implementasi Januari: apakah ini lindung atau penghalang? Satu hal pasti—debatnya baru mulai.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *