Trump Yakin Gencatan Senjata di Gaza Bisa Bertahan. Presiden AS Donald Trump kembali bicara tegas soal Timur Tengah, kali ini dengan keyakinan penuh bahwa gencatan senjata di Gaza bakal bertahan lama. Pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Gedung Putih, Trump bilang, “Mereka semua lelah bertarung—ini akan tahan, dan jadi awal perdamaian abadi.” Pernyataan ini muncul usai kesepakatan fase pertama antara Israel dan Hamas yang dimulai 9 Oktober, di mana Hamas setuju lepas 50 sandera sebagai ganti penarikan pasukan Israel dari sebagian Gaza. Trump, yang jadi arsitek utama rencana 20 poin ini, sebut ini kemenangan diplomasi terbesarnya sejak Abraham Accords 2020. Di tengah euforia warga Gaza yang mulai pulang ke rumah hancur, dan kritik dari Hamas soal detail, keyakinan Trump ini campur antara optimisme dan tekanan politik jelang pemilu AS 2026. Bagi kawasan, ini harapan rapuh—tapi Trump yakin, ini langkah permanen. Apa yang bikin ia begitu percaya diri? BERITA TERKINI
Latar Belakang Kesepakatan: Fase Pertama yang Penuh Drama: Trump Yakin Gencatan Senjata di Gaza Bisa Bertahan
Gencatan senjata ini lahir dari negosiasi maraton yang Trump pimpin langsung, libatkan mediator Qatar, Mesir, dan utusan Arab Saudi. Dimulai 9 Oktober, fase pertama ini wajibkan Hamas kumpul sandera sekarang untuk dibebaskan Senin depan, sebagai balasan Israel tarik pasukan dari koridor utara Gaza. Trump sebut ini “deal of the century” versi Timur Tengah, dengan 20 poin rencana yang janji rekonstruksi Gaza senilai 50 miliar dollar dari donor global, tanpa pengusiran paksa Palestina. Israel setuju karena tekanan domestik—Netanyahu hadapi demo besar di Tel Aviv tuntut sandera pulang. Hamas, meski awalnya ragu, terima karena bantuan kemanusiaan masuk Rafah crossing mulai 14 Oktober, koordinasi UE. Trump puji peran negara Arab-Muslim, termasuk Indonesia yang tawarkan pasukan penjaga perdamaian. Ini fase awal; fase dua janji lepas sisa sandera dan penarikan total Israel, tapi Trump bilang “fase satu saja sudah ubah segalanya.”
Alasan Keyakinan Trump: Lelah Bertarung dan Dukungan Regional: Trump Yakin Gencatan Senjata di Gaza Bisa Bertahan
Trump yakin ceasefire bertahan karena, menurutnya, semua pihak “lelah bertarung”—Israel capek perang dua tahun, Hamas kehilangan 40 ribu pejuang, dan warga Gaza haus normalitas. Ia bilang di konferensi pers, “Hamas lagi kumpul sandera sekarang; mereka tahu ini akhir jalan buntu.” Ini didukung data: survei Gallup 2025 tunjuk 70 persen Israel dukung gencatan, naik dari 45 persen Juni. Dukungan regional kuat—Qatar dan Mesir mediasi rahasia, Arab Saudi janji bantu finansial, Turki sebut “fruitful meeting”. Trump tekan Netanyahu “pegang kaki ke api” untuk patuh, sementara tawarkan AS lindungi Israel dari serangan Iran. Keyakinannya juga politik: ini boost image jelang pemilu, setelah kritik Demokrat soal “overpromise” di Ukraina. Tapi Trump tambah, “Ini bukan one-phase truce; ini eternal peace”—dengan Gaza jadi “Singapore Timur Tengah” pasca-rekonstruksi.
Respons dan Tantangan: Euforia vs Keraguan
Respons dunia campur aduk. Di Gaza, warga pulang ke rumah rusak dengan euforia—BBC laporkan ribuan trek ke utara, sambut bantuan makanan pertama dalam bulan. PBB puji sebagai “step forward”, dengan Guterres desak fase dua cepat. Tapi Hamas bilang rencana Trump “half-baked”, khawatir pengusiran terselubung—mereka tuntut jaminan West Bank aman. Israel bagi: Netanyahu sebut “victory”, tapi oposisi bilang ini “surrender” tanpa hancurkan Hamas total. AS Demokrat kritik Trump “tak punya komitmen finansial jelas”, sementara Republikan rayakan sebagai “Trump magic”. Tantangan besar: siapa bayar rekonstruksi? AS janji 10 miliar, tapi donor lain ragu tanpa detail. Iran ancam “eskalasi baru” kalau Israel langgar, sementara Rusia sebut ini “hak Korut pertahanan”—eh, salah, Rusia dukung karena aliansi dengan Iran. Bagi kawasan, ini ujian: kalau bertahan, perdamaian abadi mungkin; kalau gagal, perang baru mengintai.
Kesimpulan
Keyakinan Trump bahwa gencatan senjata Gaza bertahan adalah optimisme yang lahir dari lelah bertarung dan dukungan regional, meski latar drama fase pertama dan respons beragam tunjukkan jalan panjang. Dari pujian ke Qatar hingga tekanan ke Netanyahu, rencana 20 poin ini bisa jadi blueprint perdamaian, asal tantangan finansial dan keamanan diatasi. Bagi Gaza, euforia pulang kampung jadi harapan nyata; bagi dunia, ini tes diplomasi Trump. Di tengah konflik abadi, langkah ini ingatkan: perdamaian rapuh, tapi kalau bertahan, Timur Tengah bisa bernapas lega. Trump bilang “eternal peace”—semoga bukan janji kosong.
Leave a Reply