Brasil dan Indonesia Pererat Kerja Sama Dagang. Kunjungan kenegaraan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva ke Indonesia pada 23 Oktober 2025 jadi momen krusial yang memperkuat ikatan dua negara. Di Istana Merdeka, Jakarta, Lula bertemu Presiden Prabowo Subianto dan tandatangani delapan nota kesepahaman (MoU) untuk pererat kerjasama dagang dan ekonomi. Pertemuan ini bukan sekadar protokol; ia langkah konkret menuju kemitraan komprehensif, dengan target perdagangan bilateral melebihi 6 miliar dolar AS dalam waktu dekat. Lula sebut Indonesia sebagai mitra strategis untuk perkuat Global Selatan, sementara Prabowo tekankan saling untung di sektor pangan, energi, dan teknologi. Di tengah fluktuasi ekonomi global, kesepakatan ini beri angin segar bagi kedua negara yang sama-sama bergantung ekspor komoditas. Dengan nilai dagang saat ini sekitar 4,5 miliar dolar AS, langkah ini bisa dorong pertumbuhan dua digit, terutama pasca-pandemi yang hantam rantai pasok. INFO CASINO
Latar Belakang Pertemuan dan Komitmen Bilateral: Brasil dan Indonesia Pererat Kerja Sama Dagang
Pertemuan Prabowo-Lula lahir dari momentum lama tapi segar. Hubungan diplomatik Brasil-Indonesia dimulai 1954, tapi dagang baru melejit sejak 2010-an berkat kesepakatan perdagangan preferensial awal. Kunjungan Lula, yang pertama sejak 2010, didorong isu bersama seperti perubahan iklim dan pangan global—keduanya negara agraris raksasa. Prabowo, yang baru tiga bulan pimpin, lihat Brasil sebagai mitra selatan untuk diversifikasi ekspor di luar China. Lula, usai KTT G20 di Rio, prioritaskan Asia Tenggara untuk lawan dominasi Utara. Delapan MoU yang ditandatangani mencakup perdagangan, investasi, energi terbarukan, pertanian, pertahanan, teknologi digital, pendidikan, dan budaya. Yang paling menonjol: percepat perundingan Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA) antara Mercosur (blok Brasil) dan ASEAN, yang bisa buka pasar 300 juta konsumen. “Kita harus saling dukung untuk bangun ekonomi adil,” kata Lula, soroti Indonesia sebagai pintu gerbang ASEAN.
Sektor Prioritas Kerjasama Dagang: Brasil dan Indonesia Pererat Kerja Sama Dagang
Kerjasama dagang Brasil-Indonesia fokus tiga pilar utama: komoditas, manufaktur, dan inovasi. Di pertanian, Brasil tawarkan bibit kedelai tahan hama untuk lahan Indonesia, tukar guling sawit berkelanjutan—nilai ekspor kedelai Brasil ke Indonesia capai 1 miliar dolar AS tahun lalu. MoU energi dorong investasi Brasil di biofuel dari kelapa sawit, potensi tambah 500 juta dolar AS ekspor tahunan. Di pertahanan, keduanya sepakat tukar teknologi drone pengawasan perbatasan, relevan bagi Indonesia hadapi isu Laut China Selatan. Teknologi jadi sorotan: Brasil bagikan pengalaman AI pertanian untuk prediksi panen, sementara Indonesia tawarkan platform digital UMKM untuk pasar Brasil. Investasi langsung asing (FDI) Brasil ke Indonesia tahun lalu 200 juta dolar AS, terutama di nikel dan karet—MoU baru targetkan dua kali lipat dalam dua tahun. Prabowo sebut, “Ini bukan cuma dagang; kita bangun rantai pasok tangguh untuk hadapi krisis global.” Lula tambah, “Indonesia dan Brasil bisa pimpin Global Selatan, dari pangan hingga hijau.”
Dampak Ekonomi dan Tantangan ke Depan
Kesepakatan ini beri dampak langsung bagi kedua ekonomi. Bagi Indonesia, ekspor ke Brasil—seperti kopi dan tekstil—bisa naik 20 persen berkat PTA, tambah 1 miliar dolar AS pendapatan negara. Brasil untung dari impor minyak sawit murah untuk biodiesel, kurangi ketergantungan impor kedelai domestik. Secara regional, PTA Mercosur-ASEAN buka akses pasar bebas untuk 650 juta orang, potensi tambah 50 miliar dolar AS perdagangan tahunan. Dampak sosial: lapangan kerja baru di sektor agro di Jawa dan Sumatra, plus pelatihan UMKM untuk ekspor ke Amerika Selatan. Tapi tantangan ada: birokrasi bea cukai lambat di kedua negara, plus fluktuasi mata uang yang hantam komoditas. Isu lingkungan juga krusial—ekspor sawit Indonesia hadapi kritik deforestasi, sementara Brasil tuntut sertifikasi berkelanjutan. Prabowo janji percepat harmonisasi standar, sementara Lula dorong forum bersama untuk atasi itu. Di tengah proteksionisme global, kerjasama ini jadi contoh: dua negara berkembang pilih kolaborasi, bukan isolasi.
Kesimpulan
Pertemuan Prabowo-Lula pada 23 Oktober 2025 tandai babak baru kerjasama dagang Brasil-Indonesia, dengan delapan MoU yang janjikan perdagangan di atas 6 miliar dolar AS. Dari pertanian hingga teknologi, sektor prioritas ini beri manfaat timbal balik, kuatkan posisi kedua negara di Global Selatan. Meski tantangan seperti birokrasi dan lingkungan ada, komitmen percepat PTA Mercosur-ASEAN beri harapan cerah. Ini lebih dari kesepakatan; ia simbol solidaritas dua raksasa agraris yang siap hadapi dunia bersama. Bagi Indonesia, langkah ini dorong diversifikasi ekspor—dan Brasil, akses pasar Asia yang stabil. Di akhirnya, kerjasama ini ingatkan: dagang tak cuma angka, tapi jembatan untuk masa depan lebih adil.











Leave a Reply