Kepala BNPT Menjelaskan Pencegahan Radikalisme

kepala-bnpt-menjelaskan-pencegahan-radikalisme

Kepala BNPT Menjelaskan Pencegahan Radikalisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus mengintensifkan upaya pencegahan radikalisme di Indonesia, di tengah ancaman ideologi ekstrem yang kian berkembang, terutama di dunia digital. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XIII DPR RI di Jakarta, Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, memaparkan strategi pencegahan radikalisme yang mengedepankan pendekatan kolaboratif lintas sektor. Dengan melibatkan berbagai kementerian, lembaga, dan masyarakat, BNPT berupaya memutus rantai penyebaran paham radikal yang mengarah pada terorisme. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada penindakan, tetapi juga pada pencegahan melalui edukasi, literasi, dan pemberdayaan masyarakat. Artikel ini mengulas poin-poin utama dari penjelasan Kepala BNPT terkait strategi pencegahan radikalisme yang relevan dengan tantangan zaman. BERITA BOLA

Sinergi Antarlembaga sebagai Kunci

Kepala BNPT menegaskan bahwa pencegahan radikalisme tidak dapat dilakukan secara sepihak. Oleh karena itu, BNPT telah membangun sinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga, seperti TNI, Polri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Digital, Badan Intelijen Negara, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Kementerian Agama. Kolaborasi ini mencakup program Kesiapsiagaan Nasional, Kontra Radikalisasi, dan Deradikalisasi. “Kami menyinergikan program dan anggaran BNPT dengan kementerian lain untuk memastikan upaya pencegahan berjalan optimal,” ujar Eddy Hartono. Salah satu wujud nyata dari sinergi ini adalah Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) 2025-2029, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan pendekatan terpadu.

Fokus pada Generasi Muda dan Dunia Digital

Eddy Hartono menyoroti ancaman radikalisme di dunia digital, di mana kelompok teroris memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota, dan melakukan indoktrinasi. BNPT mencatat bahwa sepanjang 2024, bersama Kementerian Komunikasi dan Digital, mereka berhasil memblokir 180.954 konten bermuatan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di platform digital. “Pencegahan di dunia maya menjadi prioritas karena transformasi propaganda kini beralih dari konvensional ke digital,” jelasnya. Untuk mengatasi hal ini, BNPT melibatkan generasi muda melalui program Duta Damai, yang digerakkan oleh milenial untuk menyebarkan narasi perdamaian di dunia nyata dan digital. Selain itu, BNPT menggandeng universitas, seperti Universitas Negeri Yogyakarta dan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, untuk mengedukasi mahasiswa tentang bahaya radikalisme.

Peran Tokoh Agama dan Masyarakat: Kepala BNPT Menjelaskan Pencegahan Radikalisme

Pencegahan radikalisme juga melibatkan tokoh agama dan masyarakat sebagai garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai kebangsaan. BNPT bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di berbagai daerah, seperti Manado dan Riau, untuk memperkuat deteksi dini dan edukasi tentang bahaya radikalisme. Dalam acara Silaturahmi Kebangsaan di Jawa Tengah, BNPT menekankan pentingnya tokoh agama dalam menyandingkan nilai agama dengan nilai luhur bangsa, seperti Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, tanpa menyinggung kelompok tertentu. Kegiatan seperti bedah buku Tercerahkan dalam Kedamaian di Palu juga menjadi bagian dari upaya melawan ideologi kekerasan melalui literasi. “Tokoh agama dan masyarakat memiliki peran strategis untuk menciptakan budaya damai,” ujar Eddy.

Pendekatan Humanis dalam Deradikalisasi: Kepala BNPT Menjelaskan Pencegahan Radikalisme

Selain pencegahan, BNPT juga mengedepankan pendekatan humanis dalam program deradikalisasi. Tim Deradikalisasi BNPT berkomitmen melayani warga binaan terorisme secara humanis, dengan fokus pada reintegrasi sosial. Salah satu inisiatif adalah pembangunan Kawasan Terpadu Nusantara, yang berfungsi sebagai wadah untuk membina mantan narapidana terorisme agar memiliki kemandirian ekonomi dan terhindar dari paham radikal. Eddy Hartono menyebutkan bahwa ikrar setia terhadap NKRI oleh mantan napiter menjadi bukti efektivitas sinergi tim deradikalisasi. Pendekatan ini juga didukung oleh kerja sama dengan mantan napiter untuk menyebarkan narasi positif dan memperkuat ideologi Pancasila.

Tantangan dan Harapan ke Depan: Kepala BNPT Menjelaskan Pencegahan Radikalisme

Meskipun Indonesia menunjukkan kemajuan dalam penanggulangan terorisme, dengan peringkat ke-30 pada Global Terrorism Index (GTI) 2025, Eddy Hartono mengingatkan bahwa ancaman terorisme tetap menjadi isu global. Ia menekankan perlunya kewaspadaan terhadap fenomena lone wolf, di mana individu teradikalisasi melalui dunia maya tanpa terhubung dengan jaringan teroris besar. Untuk itu, BNPT berencana memperkuat sistem deteksi dini pada 2026, termasuk melalui kolaborasi internasional dengan negara seperti Australia dan Vietnam. Anggota Komisi XIII DPR RI, Ahmad Basarah, menyebut BNPT sebagai “panglima perang” dalam melawan terorisme, sementara Yan Parmenas Mandenas dari Fraksi Gerindra mengingatkan pentingnya menjaga kewaspadaan.

Pen Prabowo: Indonesia Harus Bebas dari Radikalisme

Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, menegaskan bahwa pencegahan radikalisme adalah tanggung jawab bersama. Dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama, BNPT berupaya menciptakan Indonesia yang bebas dari ancaman radikalisme. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif menyebarkan narasi perdamaian dan toleransi, serta mendukung program deradikalisasi yang humanis. Dengan langkah-langkah strategis ini, BNPT optimistis dapat terus menekan indeks potensi radikalisme, yang pada 2022 tercatat turun menjadi 10 persen dari 12,2 persen pada 2020.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *