Aksi Demonstrasi Mengenai Korupsi Mengguncang Filipina. Manila kembali bergemuruh akhir pekan ini saat ratusan ribu warga Filipina turun ke jalan menuntut akuntabilitas atas skandal korupsi proyek pengendalian banjir yang merugikan negara hingga triliunan rupiah. Aksi yang dimulai Minggu 16 November 2025 ini jadi yang terbesar sejauh ini, dengan estimasi hingga 650 ribu orang memadati taman utama kota selama dua hari. Dipimpin kelompok masyarakat sipil dan agama, demonstrasi ini menyoroti ribuan proyek bendungan dan saluran air yang ternyata fiktif, berkualitas buruk, atau tak pernah dibangun sama sekali. Di tengah musim topan yang semakin ganas, kemarahan publik meledak karena dana publik lenyap sementara banjir terus merendam rumah dan nyawa warga. INFO SLOT
Asal Mula Skandal yang Memantik Kemarahan: Aksi Demonstrasi Mengenai Korupsi Mengguncang Filipina
Semua bermula dari audit independen awal tahun ini yang ungkap fakta mencengangkan: hampir 10 ribu proyek pengendalian banjir dari 2023 hingga 2025 bermasalah. Banyak di antaranya hanya “proyek hantu”—ada di kertas tapi tak ada di lapangan. Kerugian diperkirakan mencapai 118,5 miliar peso, setara miliaran dolar, yang seharusnya lindungi negara rawan bencana ini dari banjir tahunan. Beberapa topan baru-baru ini, yang tewaskan ratusan orang, jadi pemicu utama. Warga lihat langsung bagaimana tanggul jebol dan saluran air tak berfungsi, padahal anggaran sudah cair.
Skandal ini libatkan pejabat tinggi, anggota kongres, dan kontraktor dekat kekuasaan. Komisi investigasi khusus yang dibentuk presiden sudah ajukan tuntutan terhadap puluhan tersangka, tapi publik anggap proses lambat dan selektif. Protes kecil-kecilan sudah muncul sejak Agustus, tapi akhir pekan ini jadi puncaknya—dari aksi lari pagi hingga pengumpulan massa tiga hari yang akhirnya dipotong jadi dua karena alasan internal.
Jalannya Demonstrasi dan Respons Pemerintah: Aksi Demonstrasi Mengenai Korupsi Mengguncang Filipina
Hari pertama langsung ramai dengan ratusan ribu orang berkumpul di Quirino Grandstand dan Rizal Park, banyak pakai baju putih sambil bawa spanduk “Transparansi Sekarang” dan “Penjara untuk Koruptor”. Suasana damai meski polisi kerahkan ribuan personel untuk jaga ketertiban. Hari kedua masih tarik lebih dari 200 ribu orang yang dirikan tenda, berniat bertahan sampai Selasa. Tapi aksi berakhir lebih awal Senin malam, dengan pesan bahwa tuntutan sudah tersampaikan.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. janji para tersangka bakal dipenjara sebelum Natal, dan kasus siap diajukan minggu ini. Pemerintah tekankan investigasi berjalan, tapi kritik bilang ini cuma basa-basi untuk redam amarah. Militer tegaskan dukung konstitusi, sementara wakil presiden yang kritis terhadap Marcos juga sorot anggaran yang disetujui presiden sendiri. Beberapa kelompok terpisah gelar aksi di monumen bersejarah, tuntut reformasi lebih dalam agar korupsi tak berulang.
Dampak Luas terhadap Masyarakat dan Ekonomi
Skandal ini bukan cuma soal uang hilang, tapi nyawa yang terancam. Filipina salah satu negara paling rentan topan, dan kegagalan infrastruktur banjir bikin korban bertambah setiap musim hujan. Pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga turun ke level terendah empat tahun karena belanja publik tertunda akibat verifikasi ketat. Investor was-was, kepercayaan publik anjlok, dan ini jadi pukulan bagi pemerintahan yang janji bersih-bersih.
Bagi warga biasa, demo ini jadi katarsis. Dari pelajar sampai pensiunan jenderal, semua muak lihat dana pajak dipakai untuk kemewahan pejabat sementara mereka tenggelam di banjir. Kelompok pemuda dan buruh rencanakan aksi lanjutan akhir November, termasuk mogok dan walkout, untuk tekan reformasi sistemik. Ini ingatkan pada People Power dulu yang gulingkan diktator—sejarah korupsi panjang bikin rakyat tak lagi sabar.
Kesimpulan
Demonstrasi anti-korupsi di Filipina akhir pekan ini tunjukkan bahwa rakyat sudah di ambang batas. Skandal proyek banjir jadi simbol betapa dalamnya masalah, dan tuntutan transparansi kini bergema keras. Pemerintah janji tindakan cepat, tapi hanya waktu yang buktikan apakah ini akhir atau awal gelombang lebih besar. Dengan rencana protes November depan, tekanan tak akan reda. Yang pasti, suara ratusan ribu itu jadi pengingat: korupsi bukan cuma hilang uang, tapi hilangnya harapan jutaan orang. Filipina butuh lebih dari janji—mereka butuh perubahan nyata.











Leave a Reply