Australia Akan Memimpin Negosiasi Iklim. November 2025 menjadi momen penting bagi diplomasi iklim global ketika Australia berhasil mengamankan peran utama dalam negosiasi COP31 mendatang. Meski Turki akan menjadi tuan rumah acara di Antalya tahun depan, Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia Chris Bowen ditunjuk sebagai pemimpin negosiasi antar pemerintah. Kesepakatan kompromi ini lahir dari diskusi intens di sela COP30 di Brasil, menyelesaikan kebuntuan yang berlangsung bertahun-tahun dan memberikan Australia pengaruh besar atas agenda iklim dunia, terutama suara negara-negara kepulauan Pasifik. BERITA BOLA
Latar Belakang Kesepakatan Kompromi: Australia Akan Memimpin Negosiasi Iklim
Persaingan antara Australia dan Turki untuk menjadi tuan rumah COP31 sudah berlangsung sejak 2022, hampir membuat acara default ke Bonn di Jerman. Di hari-hari terakhir COP30 di Belem, kedua negara sepakat membagi tugas: Turki mengurus presidensi dan logistik, sementara Australia memimpin proses negosiasi substantif. Bowen akan memegang peran “presiden negosiasi”, sebuah posisi baru yang memungkinkan dia mengendalikan penyusunan teks kesepakatan, fasilitasi diskusi, dan koordinasi target pengurangan emisi global. Kesepakatan ini juga menyertakan acara pra-COP di salah satu negara Pasifik untuk mengumpulkan komitmen dana ketahanan iklim bagi wilayah rentan.
Peran Strategis Australia di Tengah Isu Pasifik: Australia Akan Memimpin Negosiasi Iklim
Australia sejak awal mengusung kemitraan dengan negara-negara Pasifik dalam bid-nya, menjanjikan fokus pada ancaman naiknya permukaan laut dan bencana ekstrem. Dengan peran baru ini, Canberra tetap bisa mengangkat isu tersebut tanpa biaya hosting penuh. Bowen akan memimpin pembahasan target emisi baru untuk 2035, pendanaan iklim bagi negara berkembang, dan transisi energi adil. Ini jadi kesempatan Australia menunjukkan kepemimpinan sebagai negara maju yang paham kerentanan tetangganya, sekaligus memperkuat hubungan regional di tengah pengaruh Cina yang semakin kuat di Pasifik.
Dampak Global dan Tantangan ke Depan
Kesepakatan ini menghindari kegagalan proses COP yang bisa merusak kredibilitas PBB. Australia kini punya pengaruh langsung atas hasil COP31, termasuk dorongan untuk fase out bahan bakar fosil dan peningkatan dana adaptasi. Namun, tantangan tetap ada: harus menyeimbangkan ambisi tinggi dengan realitas negara berkembang, termasuk Turki yang ingin tonjolkan pendanaan untuk negara miskin. Bagi dunia, ini jadi sinyal bahwa kompromi kreatif masih mungkin di tengah polarisasi iklim global.
Kesimpulan
Australia memimpin negosiasi iklim di COP31 adalah kemenangan diplomasi yang cerdas. Meski tak jadi tuan rumah, peran Bowen sebagai pengendali utama pembahasan memberi Canberra suara dominan dalam menentukan arah aksi iklim dunia tahun depan. Ini juga peluang besar mengangkat isu Pasifik ke panggung global, memperkuat posisi Australia sebagai pemimpin regional yang bertanggung jawab. Di saat krisis iklim semakin mendesak, langkah ini jadi angin segar bahwa kerja sama antarnegara masih bisa menghasilkan kemajuan nyata. COP31 di Antalya bakal jadi ajang pembuktian apakah Australia mampu wujudkan ambisi bersama untuk planet yang lebih aman.











Leave a Reply