Israel Menerima 2 Jenazah Yang Dikembalikan Oleh Hamas. Pada 18 Oktober 2025, Israel menerima dua jenazah tawanan yang dikembalikan oleh Hamas melalui perbatasan Gaza, langkah yang jadi bagian dari kesepakatan gencatan senjata sementara di wilayah konflik tersebut. Jenazah tersebut dibawa ke Israel melalui Pos Rafah di bawah pengawasan mediator internasional, dan salah satunya sudah diidentifikasi sebagai Ronen Engel, seorang warga Israel yang ditawan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Pengembalian ini terjadi di tengah ketegangan yang masih membara, di mana Hamas klaim jenazah itu dari tawanan yang tewas selama operasi militer Israel di Gaza. Kantor Perdana Menteri Israel konfirmasi penerimaan jenazah dalam dua peti mati, yang langsung dibawa ke laboratorium forensik di Tel Aviv untuk identifikasi DNA penuh. Sebagai balasan, Israel serahkan 15 jenazah warga Palestina ke Gaza, membawa total pengembalian jenazah menjadi 135 sejak kesepakatan dimulai. Peristiwa ini bukan hanya simbolis; ia langkah kecil menuju pembebasan tawanan tersisa, meski negosiasi keseluruhan masih mandek dengan 20 tawanan hidup dan 16 jenazah lainnya yang dijanjikan. REVIEW FILM
Latar Belakang Pengembalian Jenazah: Israel Menerima 2 Jenazah Yang Dikembalikan Oleh Hamas
Pengembalian dua jenazah ini jadi kelanjutan dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir sejak akhir September 2025, di mana Hamas setuju kembalikan 28 jenazah tawanan tewas sebagai ganti jaminan koridor kemanusiaan ke Gaza. Sejauh ini, Hamas sudah serahkan 12 jenazah, termasuk empat pada Senin lalu dan tiga pada Selasa, dengan dua lagi malam Sabtu. Proses ini berlangsung di Rafah Crossing di bawah pengawasan PBB, di mana jenazah dibungkus kain kafan dan ditempatkan dalam peti mati sederhana untuk transportasi aman.
Kantor Perdana Menteri Israel sebut pengembalian ini “langkah positif tapi tak cukup”, karena 20 tawanan hidup masih ditahan di terowongan Gaza. Hamas, melalui juru bicara Ezzat al-Reshiq, klaim jenazah itu “korban agresi Israel”, tapi Israel verifikasi melalui forensik untuk konfirmasi identitas. Sejarah pengembalian serupa terjadi di masa lalu, seperti 2011 ketika Hamas kembalikan jenazah Gilad Shalit sebagai ganti 1.027 tahanan Palestina. Kali ini, konteks berbeda: konflik sejak 7 Oktober 2023 klaim 41 ribu nyawa di Gaza menurut Kementerian Kesehatan setempat, dan pengembalian jenazah jadi isu humaniter yang tekan mediator untuk percepat kesepakatan penuh.
Identitas Jenazah dan Respons Keluarga: Israel Menerima 2 Jenazah Yang Dikembalikan Oleh Hamas
Salah satu jenazah diidentifikasi sebagai Ronen Engel, 66 tahun, warga Israel yang ditawan saat festival musik di dekat perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023. Identifikasi dikonfirmasi melalui tes DNA cepat di laboratorium militer Israel, dan putrinya, Mika Engel, bagikan emosi di media sosial: “Ayah akhirnya pulang—kami tunggu momen ini bertahun-tahun.” Ronen, seorang ayah tiga anak, jadi salah satu dari 250 tawanan awal, dan kematiannya konon karena luka tembak selama penahanan, meski detail forensik belum dirilis.
Identitas jenazah kedua masih dalam proses, tapi sumber medis Israel sebut kemungkinan besar dari dua tawanan yang hilang kontak sejak November 2023. Keluarga kedua jenazah langsung terbang ke Tel Aviv untuk proses identifikasi, dan pemerintah Israel sediakan dukungan psikologis melalui lembaga nasional. Respons keluarga Engel jadi simbol harapan bagi 100 keluarga tawanan lain: “Ini langkah kecil, tapi kami tak berhenti tuntut yang hidup kembali,” tulis Mika. Pengembalian ini juga picu upacara kecil di perbatasan, di mana keluarga nyalakan lilin dan nyanyi lagu kebangsaan, tunjukkan campuran duka dan harap di tengah konflik yang masih membara.
Dampak Humaniternya dan Negosiasi Kesepakatan
Pengembalian jenazah ini beri dampak humaniter langsung, di mana Israel serahkan 15 jenazah warga Palestina sebagai balasan, termasuk korban serangan udara di Rafah bulan lalu. Total, 135 jenazah Palestina sudah dikembalikan sejak kesepakatan, bantu proses pemakaman dan dukungan keluarga di Gaza yang hancur lebur. PBB puji langkah ini sebagai “gestur kemanusiaan”, meski kritik lambatnya proses—dari 28 jenazah yang dijanjikan, baru 12 yang tiba, sisanya tertahan karena verifikasi forensik.
Negosiasi kesepakatan keseluruhan mandek: Hamas tuntut gencatan senjata permanen dan bantuan 500 truk makanan harian ke Gaza, sementara Israel minta pembebasan 20 tawanan hidup dalam 72 jam. Mediator Qatar sebut “kemajuan kecil tapi stabil”, tapi bentrokan sporadis di perbatasan Rafah picu 10 korban sipil dalam seminggu. Dampaknya luas: pengembalian jenazah tekan tekanan internasional untuk percepat kesepakatan, dengan AS beri peringatan “imminent cease-fire violation” jika Hamas tunda lagi. Di Gaza, jenazah Palestina yang dikembalikan jadi simbol perlawanan, sementara di Israel, keluarga Engel tuntut pemerintah “lanjutkan tekanan untuk tawanan hidup”. Humaniternya ini langkah kecil di tengah tragedi besar, tapi beri harapan bagi ribuan keluarga yang tunggu kepastian.
Kesimpulan
Pengembalian dua jenazah tawanan oleh Hamas ke Israel pada 18 Oktober 2025 jadi momen humaniter kecil di tengah konflik Gaza yang berkepanjangan, dengan identifikasi Ronen Engel beri penutupan bagi keluarga tapi ingatkan 20 tawanan hidup yang masih tertahan. Dari latar kesepakatan gencatan senjata hingga dampak negosiasi dan tekanan internasional, langkah ini tekan mediator untuk percepat proses, meski bentrokan sporadis tetap ancam kemajuan. Di tengah duka, pengembalian ini simbol harap—Israel serahkan 15 jenazah Palestina sebagai balasan, tapi jalan menuju perdamaian masih panjang. Ke depan, verifikasi jenazah kedua dan tuntutan tawanan hidup bisa jadi katalisator, tapi yang pasti, momen ini ingatkan betapa berharganya setiap nyawa di tengah perang yang tak ada pemenangnya.
Leave a Reply