Berita Terkini Urbandivers

Urbandivers merupakan situs yang menyediakan berita terkini seputar Indonesia maupun Dunia

Untuk Damai Dengan Rusia, Ukraina Diminta Serahkan Wilayah

untuk-damai-dengan-rusia-ukraina-diminta-serahkan-wilayah

Untuk Damai Dengan Rusia, Ukraina Diminta Serahkan Wilayah. Pada 20 November 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kembali menegaskan syarat utama untuk mencapai perdamaian dengan Ukraina: Kyiv harus mengakui secara resmi empat wilayah yang telah dianeksasi Rusia sejak 2022, yaitu Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, ditambah Krimea. Pernyataan ini muncul di tengah sinyal dari pemerintahan baru Amerika Serikat yang mulai dorong negosiasi cepat. Lavrov bilang tanpa pengakuan wilayah itu sebagai bagian Rusia, tak ada gunanya bicara gencatan senjata atau kesepakatan lain. BERITA BOLA

Syarat Rusia yang Tak Berubah Sejak Awal: Untuk Damai Dengan Rusia, Ukraina Diminta Serahkan Wilayah

Posisi Rusia soal wilayah memang konsisten sejak September 2022, saat referendum kontroversial digelar di empat oblast tersebut. Moskow anggap proses itu sah dan wilayah sudah jadi bagian konstitusional Rusia. Lavrov ulangi bahwa Ukraina harus tarik pasukannya dari sana, hentikan klaim kedaulatan, dan ubah konstitusi yang selama ini nyatakan wilayah itu bagian integral Ukraina. Selain itu, Rusia minta jaminan netralitas Ukraina—tak boleh gabung aliansi militer Barat—plus pengakuan bahasa Rusia dan perlindungan minoritas berbahasa Rusia. Tanpa itu semua, kata Lavrov, perundingan hanya buang waktu.

Reaksi Ukraina dan Sekutu Barat: Untuk Damai Dengan Rusia, Ukraina Diminta Serahkan Wilayah

Kyiv langsung tolak keras. Presiden Volodymyr Zelenskyy sebut tuntutan itu sama saja minta Ukraina menyerah total, sesuatu yang tak akan pernah diterima rakyatnya setelah ribuan nyawa melayang mempertahankan tanah air. Pihak Ukraina tetap pegang prinsip bahwa perdamaian harus berdasarkan penarikan penuh pasukan Rusia ke garis sebelum 2014, termasuk Krimea. Sekutu Barat, terutama Eropa, juga kritik syarat Rusia yang dianggap tak realistis dan tak menghormati hukum internasional. Namun, ada nada berbeda dari Washington yang mulai bicara soal “kompromi realistis” demi hentikan pertumpahan darah secepatnya.

Prospek Perundingan di Tengah Tekanan Baru

Sinyal dari pemerintahan baru Amerika Serikat jadi angin segar bagi Rusia. Ada indikasi bahwa bantuan militer besar-besaran mungkin dikurangi jika Kyiv tak mau duduk di meja perundingan dengan serius. Ini bikin posisi Ukraina semakin sulit, apalagi setelah tiga tahun perang yang habiskan sumber daya besar. Beberapa analis bilang, meski secara publik tolak, Kyiv mungkin terpaksa pertimbangkan opsi pembekuan konflik dengan garis gencatan senjata saat ini, meski itu berarti kehilangan akses efektif atas 20 persen wilayahnya. Rusia sendiri tunjukkan tak buru-buru, karena posisi militernya di lapangan terus menguat perlahan.

Kesimpulan

Tuntutan Rusia agar Ukraina serahkan wilayah demi perdamaian tetap jadi batu sandungan terbesar. Bagi Moskow, ini soal prinsip dan keamanan nasional; bagi Kyiv, ini soal eksistensi negara. Di tengah tekanan baru dari sekutu dan kelelahan perang yang semakinat, kemungkinan kompromi memang terbuka, tapi masih sangat tipis. Yang pasti, tanpa salah satu pihak mau melunak—entah Rusia mundur dari aneksasi atau Ukraina terima kenyataan di lapangan—perang ini masih jauh dari kata selesai. Harapan damai ada, tapi harga yang diminta terlalu mahal bagi kedua belah pihak.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *